- Back to Home »
- Batubara , Coal »
- Genesa Batubara - Coal Genesis (Avalaible in Bahasa)
Posted by : Unknown
Monday, May 26, 2014
Batubara
adalah batuan sediment (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan,
yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran
yang sempurna karena aktivitas bakteri anaerob, berwarna coklat sampai hitam
yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia, yang mana
mengakibatkan pengayaan kandungan karbon.
Proses
pembentukan batubara
Tahap pembentukan gambut (peat) yang disebut proses peatification.
Gambut
adalah batuan sediment organic yang dapat terbakar yang berasal dari tumpukan
hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan
tertutup udara ( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan
kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering.
Tahap pembentukan batubara dari
gambut yang disebut proses coalification
Lapisan
gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sediment, maka
lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sediment di atasnya.
Tekanan yang meningkatakan mengakibatkan peningkatan temperature. Disamping itu
temperature juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradient
geotermik. Kenaikan temperature dan tekanan dapat juga disebabkan oleh
aktivitas magma, proses pembentukan gunung api serta aktivitas tektonik
lainnya. Peningkatan
tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi
batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas gas (CO2, H2O, CO, CH4 ), penigkatan kepadatan dan
kekerasanb serta penigkatan nilai kalor.
Teori berdasarkan Tempat terbentuknya Batubara
Teori Insitu :
Bahan2 pembentuk lapisan batubara terbentuk ditempat dimana tumbuh2an asal
itu berada. Dengan demikian setelah tumb mati, belum mengalami proses
transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
coalification.
Ciri :
-Penyebaran luas dan merata
-Kualitas lebih baik
Contoh : Muara Enim
Teori Drift:
Bahan2 pembentuk lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat
tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati
mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi disuatu tempat, tertutup
oleh lapisan sedimen dan mengalami coalification.
Ciri :
-Penyebaran tdk luas ttp banyak
-kualitas kurang baik (mengandung psr pengotor).
Contoh : pengendapan delta di aliran sungai mahakam
Reaksi Pembentukan Batubara
5(C6H10O5) → C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O
+6CO2 + CO
Cellulosa Lignit gas metan
5(C6H10O5) → C20H22O4
+ 3CH4 + 8H2O +6CO2 + CO
Cellulosa bitumine gas metan
Bentuk-Bentuk Lapisan Batubara
Berdasarakan
lapisan batubata dibagi menjadi 2:
-Plies (lapisan
utuh)
-Split
(terdapat 2 lapisan atau lebih)
Pada awal pembentukan gambut sebagian besar perlapisan mendatar (tergantung
dr topografi cekungan pengendapannya).
Setelah bekerja gaya geologi akan terdapat bermacam2 bentuk perlapisan
Batubara.
1. Horse Back
(terjadi post depositional)
2. Pinch (terjadi post depositional)
3. Burriea Hill
( terjadi karena adanya intrusi magma)
4. Fault
(patahan)
Patahan
bukan hanya tjd krn gempa namun juga bisa krn lap dibawahnya adl psr yg dlm
keadaan jenuh bisa berpindah.
5. Lipatan
Teori Tentang Genesa Batubara
Batubara adalah termasuk salah satu
bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan
dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki
sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai
bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti : C137H97O9NS
untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk
antrasit.
Pembentukan batubara dimulai sejak
Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal
sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290
juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu
dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas
organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau
‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas
organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak
lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan
yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda
menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk
‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Hampir seluruh pembentuk batubara
berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya
menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
- Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
- Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
- Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
- Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
- Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Tingkat perubahan yang dialami batu
bara, dari gambut sampai menjadi antrasit – disebut sebagai pengarangan –
memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai ‘tingkat
mutu’ batu bara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh
tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batubara
tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara
86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 – 86% unsur
karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling
banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit
karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang
efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batubara coklat adalah
batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara
berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya
menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
- Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
- Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
- Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
- Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
- Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Komposisi batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dapat dipahami, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami coalification. Pada dasarnya pembentukkan batubara sama dengan cara manusia membuat arang dari kayu, perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu yang pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses alam, selama jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk.
Jenis-Jenis Batubara
Tingkat perubahan yang dialami batu
bara, dari gambut sampai menjadi antrasit – disebut sebagai pengarangan –
memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai ‘tingkat
mutu’ batu bara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh
tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
- Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
- Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.
- Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
- Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
- Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman
menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah pembatubaraan
(coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
- Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
- Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.