- Back to Home »
- Batubara , Coal »
- Bahaya Limbah Cair Batubara, Batubara Bersih dan Pembakaran Batubara
Posted by : Unknown
Monday, May 26, 2014
Saat ini banyak analis pertambangn
yang tidak mamu mengekspose secara detail tentang bahaya air cucuian batubara.
Limbah cucian batu bara yang ditampung dalam bak penampung sangat berbahaya
karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih berbahaya disbanding
proses pemurnian pertambangan emas yang mengunakan sianida (CN). Proses
pencucian dilakukan untuk menjadi batubara lebih bersih dan murni sehingga
memiliki nilai jual tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat dilakukan
eksploitasi biasanya batubara bercampur tanah dan batuan.
Agar lbih mudah dan muerah,
dibuatlah bak penampung untuk pencucian. Kolam penampung itu berisi air cucian
yang bercampur lupur. LSM lingkungan JATAM menyebutnya dana beracun yang berisi
miliaran gallon limbah cair batubara. Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik
yang digunakan dalam pemrosessan batubara yang logam berat berancun yang
terkandung di batubara seperti arsenic, merkuri, kromium, boron, selenium dan nikel.
Dibandingkan tailing dari limbah
luput pertambangan emas, unsure berancun dari logam berat yang ada limbah
pertambangan batubara jauh lebih berbahaya. Sayangnya sampai sekarang tidak ada
publikasi atau informasi dari perusahan pertambangan terhadap bahaya sluge
kepada masyarakat di sekitar pertambangan.Unsure beranu menyebabkan penyakit
kulit, gangguan pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat
buangan limbah digunakan masyarkat secara terus menerus. Gejala penyakit itu
biasa akan tampka setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.
Beberapa perusahaan tambang di
Kalimantan Timur ditengarai tridak melakukan pengelolaan water treatmen
terhadap limbah buangan tambang dan juga tanpa penggunaan bahan penjernih
Aluminum Clorida, Tawar dan kapur. Akibatnya limbang buann tambang menyebabkan
sungai sarana pembuagan limbah cair berwarna keruh.
Membuat Batubara Bersih
Ada beberapa cara. Contoh sulfur,
sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batubara, pada beberapa
batubara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states
lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu
bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat
lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat
batubara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sbelum mencapai
cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan
batubara adalah dengan cara mudah memecah batubara ke bongkahan yang lebih
kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batu
bara disebut sebagai “pyritic sulfur ” karena ini dikombinasikan dengan besi
menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai “fool’s gold” dapat
dipisahkan dari batubara. Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan
batubara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air , batubara mengambang
ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan
“coal preparation plants” yang membersihkan batubara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan
dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batubara adalah secara kimia
benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut “organic
sulfur,” dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba
untuk mencampur batubara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari
molekul batubara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal,
ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik
modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978 — telah diwajibkan untuk
mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil
pembakaran batubara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini
sebenarnya adalah “flue gas desulfurization units,” tetapi banyak orang
menyebutnya “scrubbers” — karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar
dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batubara.
Membuang NOx dari batubara
Nitrogen secara umum adalah bagian
yang besar dari pada udara yang dihirup, pada kenyataannya 80% dari udara
adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang terikat satu sama
lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada
nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan
oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut
sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak didalam
batubara.
Di udara, NOx adalah polutan yang
dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang kala terlihat di seputar
kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk “acid rain” (hujan asam), dan
dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut “ground level ozone”, tipe
lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk
mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya, beberapa cara telah
ditemukan untuk membakar barubara di pemabakar dimana ada lebih banyak bahan
bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini
kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen.
Campuran pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana
terdapat proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis
terbakar. Konsep ini disebut “staged combustion” karena batubara dibakar secara
bertahap. Kadang disebut juga sebagai “low-NOx burners” dan telah dikembangkan
sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru
yang bekerja seperti “scubbers” yang membersihkan NOX dari flue gases (asap)
dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus
yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi,
walaupun alat ini lebih mahal dari “low-NOx burners,” namun dapat menekan lebih
dari 90% polusi Nox.
Pembakaran Batubara dengan
O2/CO2
Salah satu metode yang dapat menjadi
alternatif ialah pembakaran batubara menggunakan campuran O2/CO2. Keunggulan utama
dari metode ini yaitu adanya daur ulang aliran gas keluaran sehingga kandungan
CO2 pada aliran tersebut sangat tinggi, mencapai 95%. Dengan kandungan CO2 yang
tinggi, proses pemisahan karbondioksida menjadi lebih mudah dan ekonomis
dibandingkan pada pembakaran batubara konvensional (menggunakan udara) yang
hanya menghasilkan CO2 sekitar 13% pada gas keluaran. Gas keluaran dengan
kandungan CO2 sampai 95% bahkan dapat langsung digunakan untuk proses oil
enhanced recovery (EOR). Pembakaran batubara menggunakan campuran O2/CO2
ditampilkan pada gambar di bawah ini.
Batubara (fuel) dibakar dalam sebuah
combustion chamber dengan menggunakan campuran gas oksigen dan karbondioksida.
Oksigen didapatkan dari proses pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara dalam
sebuah Air Separation Unit. Karbondioksida sendiri merupakan gas hasil
pembakaran batubara yang kembali dialirkan ke dalam combustion chamber. Aliran
recycle karbondioksida ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas
karbondioksida yang sangat signifikan di aliran keluaran sehingga memudahkan
proses pemisahan karbondioksida itu sendiri. Pemisahan karbondioksida dapat
diselenggarakan menggunakan metode konvensional seperti menggunakan CO2
absorber maupun metoda terkini seperti pemisahan dengan membran. Tingginya
konsentrasi CO2 di aliran umpan absorber atau membran akan memudahkan proses
pemisahan sehingga spesifikasi alat pemisah tidak terlalu memakan biaya besar.
Selain kandungan CO2 gas keluaran
yang tinggi, metode ini juga mempunyai efisiensi pembakaran karbon yang tinggi.
Hasil penelitian Liu (2005) menunjukkan bahwa pembakaran batubara menggunakan
media O2/CO2 menghasilkan efisiensi pembakaran karbon yang lebih tinggi
dibandingkan pembakaran batubara konvensional. Hal itu dibuktikan dari
kandungan karbon baik pada fly ash maupun bottom ash yang jauh lebih sedikit.