Pengumpulan Data Geoteknik-Hidrogeologi

Pengumpulan data geoteknik dan hidrogeologi dilakukan dalam persiapan penambangan, umumnya mulai pada tahap pre-feasibility study. Data-data geoteknik dan hidrogeologi digunakan sebagai laporan di dalam tahap studi kelayakan, sekaligus sebagai dasar perancangan tambang.
  
Sifat-sifat Data Teknis Batuan

Geoteknik atau dikenal sebagai engineering geology merupakan bagian dari rekayasa sipil yang didasarkan pada pengetahuan yang terkumpul selama sejarah penambangan. Seorang ahli sipil yang merancang terowongan, jalan raya, bendungan atau yang lainnya memerlukan suatu estimasi bagaimana tanah dan batuan akan merespon tegangan, sehingga dalam hal ini penyelidikan geoteknik merupakan bagian dari uji lokasi dan merupakan dasar untuk pemilihan lokasi. Bagian dari ilmu geoteknik yang berhubungan dengan respon material alami terhadap gejala deformasi disebut dengan geomekanika.  

Dalam urutan kegiatan pertambangan, eksplorasi merupakan proses evaluasi teknis untuk mendapatkan model badan bijih. Model cadangan suatu badan bijih yang diinterpretasikan dari hasil eksplorasi langsung maupun tak langsung, sebelum ditentukan cara penambangannya apakah dengan open pit atau underground mining harus dianalisis secara geoteknik. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah ketidakselarasan struktur geologi. Pola-pola dari patahan, rekahan, dan bidang perlapisan mendominasi perilaku batuan dalam tambang terbuka karena terdapat gaya penahan yang kecil untuk mencegah terjadinya luncuran dan karena terdapat semacam gaya tekan ke atas dari permukaan air yang terdapat dalam rekahan.

Dalam tambang bawah tanah pengaruh ketidakselarasan kurang dominan namun tetap harus diperhatikan. Permukaan patahan pada kedalaman tertentu merupakan tempat yang memiliki kohesi yang rendah dan berakumulasinya tegangan. Permukaan rekahan dan belahan merupakan bidang lemah dengan resistansi yang rendah untuk menahan tegangan, dan memiliki kecenderungan terbuka saat terganggu oleh aktivitas peledakan (blasting).

Instrumentasi yang modern dalam mekanika batuan memberikan cara pengukuran yang lebih baik terhadap pengaruh kombinasi kekuatan batuan dan cacat struktur. Keuntungan khusus dari studi mekanika batuan modern adalah lokasi dan material dapat diuji lebih lanjut. Daerah kerja tambang dapat dirancang secara detail. Detail-line mapping dilakukan untuk menggambarkan proyeksi rekahan dan kontak yang orientasinya menyebar sepanjang singkapan atau suatu muka tambang. Gambar 8.1 adalah lembar data tipikal yang digunakan dalam metoda ini, menunjukkan jenis informasi yang dikumpulkan. Posisi rekahan yang dihasilkan dalam detail-line mapping diplot pada stereonet untuk dievaluasi. Pendekatan lainnya untuk studi struktur detail dalam pertambangan adalah fracture-set mapping yang dalam hal ini semua rekahan diukur dan dideskripsikan dalam beberapa area tambang kemudian dikelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu. Kelompok tersebut dideskripsikan dan posisi individualnya diplot pada Schmidt net (equal-area net).

Persentase terbesar tentang informasi struktur yang digunakan dalam perencanaan tambang berasal dari inti bor. Spasi rekahan, posisi relatif terhadap lubang bor, dan jenis pengisian rekahan harus dideskripsikan secermat mungkin. Dalam pengamatan inti bor untuk informasi struktur dikenal istilah RQD (rock-quality designation) yaitu persen inti bor yang diperoleh dan hanya dihitung untuk inti bor yang memiliki panjang 10 cm atau lebih. Klasifikasi kualitas berdasarkan RQD ditunjukkan pada Tabel 1


Lembar data untuk detail-line mapping terhadap rekahan dan kontak geologi pada tambang terbuka (Peters, 1978)

Tabel 1 Klasifikasi kualitas batuan berdasarkan RQD (Peters, 1978)
RQD (%)
Kualitas
0 - 25
25 - 50
50 - 75
75 - 90
90 - 100
Sangat buruk
Buruk
Sedang
Baik
Baik sekali

Sebagai contoh :
Jika total kemajuan pemboran 130 cm, total inti bor yang diperoleh 104 cm, maka perolehan inti bor (core recovery) adalah 104/130 = 80%. Jumlah panjang inti bor dengan panjang 10 cm atau lebih adalah 71,5 cm, sehingga besarnya RQD = 71,5/130 = 55% artinya kualitas batuan yang bersangkutan adalah sedang.

Penyelidikan dengan seismik kadang-kadang digunakan untuk pengukuran secara tidak langsung terhadap “rock soundness”. Salah satu aplikasi khusus metoda seismik adalah untuk menentukan rippability yaitu suatu ukuran dimana batuan dan tanah dapat dipindahkan oleh bulldozer-ripper dan scraper tanpa peledakan.

Tabel 2 memberikan penjelasan lebih detail mengenai informasi geologi yang digunakan dalam rock-slope engineering., yang menunjukkan apa saja yang diperlukan dalam merekam cacat struktur batuan. 

Tabel 2 Informasi geologi yang diperlukan untuk merekam cacat struktur dalam batuan (Peters, 1978)
Informasi geoteknik
Peta lokasi atau rencana tambang.
Kedalaman di bawah datum referensi.
Kemiringan (dip).
Frekuensi atau spasi antar bidang ketidakselarasan yang berdekatan.
Kemenerusan atau perluasan bidang ketidakselarasan.
Lebar atau bukaan bidang ketidakselarasan.
Gouge atau pengisian antar muka bidang ketidakselarasan.
Kekasaran permukaan dari muka bidang ketidakselarasan.
Waviness atau lekukan permukaan bidang ketidakselarasan.
Deskripsi dan sifat-sifat batuan utuh diantara bidang ketidakselarasan.

Berikut ini merupakan beberapa istilah dan pengertiannya berkaitan dengan pengujian geomekanika :
Tegangan (stress) adalah gaya yang bekerja tiap satuan luas permukaan. Simbolnya adalah s (baca: sigma) untuk tegangan normal dan t (baca: tau) untuk tegangan geser.
Regangan (strain) adalah respon yang diberikan oleh suatu material akibat dikenai tegangan. Simbolnya adalah e (baca: epsilon) yang menunjukkan deformasi (pemendekan atau pemanjangan) per satuan panjang mula-mula.
Kuat geser (shear strength) adalah besarnya tegangan atau beban pada saat material hancur dalam geserannya.
Modulus Young (E) adalah ukuran kekakuan yang merupakan suatu konstanta untuk setiap padatan yang klastik. Sering disebut modulus elastisitas yang merupakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan (E=s/e).
Rasio Poisson (n, baca: nu) berkaitan dengan besarnya regangan normal transversal terhadap regangan normal longitudinal di bawah tegangan uniaksial. Nilainya berkisar sekitar –0,2 dan persamaannya adalah 


Terdapat beberapa jenis kekuatan batuan, yaitu :
Kuat kompresif tak tertekan (uniaksial) yang diuji dengan suatu silinder atau prisma terhadap titik pecahnya. Gambar 2 menunjukkan jenis uji dan rekahan tipikal yang berkembang di atas bidang pecahnya.

Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji Brazilian dimana suatu piringan ditekan sepanjang diameter atau dengan uji langsung yang meliputi tarikan sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan.

Kuat geser (shear strength) yang diuji secara langsung dalam suatu “shear box” atau diukur sebagai komponen pecahan kompresi.

Kuat geser kompresif triaksial yang diuji dengan penempatan dalam suatu silinder berselubung dimana batuan ditempatkan pada tempat yang diisi fluida, sehingga tekanan lateral maupun pembebanan aksial dapat diberikan (Gambar 3).

Gambar 2. Diagram penampang dari uji uniaksial pada suatu silinder batuan (Peters, 1978)
Gambar 3. Diagram penampang dari uji geser kompresif triaksial pada suatu silinder batuan (Peters, 1978)

Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran di laboratorium. Regangan (deformasi) diukur di area tambang kemudian dihubungkan terhadap tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari laboratorium. Tegangan sebelum penambangan merupakan kondisi tegangan asli, sulit dihitung, tetapi merupakan parameter desain tambang yang penting. Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan diberi beberapa kuantifikasi dengan memasang sekelompok pengukur tegangan elektrik dalam “rosette” pada permukaan batuan, memindahkan batuan-batuan yang berdekatan, dan mengukur respon tegangan sebenarnya yang dilepaskan. Kondisi tegangan yang berkembang selama penambangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam perancangan tambang. Regangan yang dihasilkan dari pola tegangan baru diukur dari waktu ke waktu atau dimonitor secara menerus selama penambangan berlangsung.

Hubungan tegangan-regangan merupakan dasar dari semua pekerjaan mekanika batuan. Istilah deskriptif untuk hubungan tersebut adalah brittle versus ductile dan elastik versus plastik. Hubungan yang dihasilkan dari uji statik (fungsi waktu) ditunjukkan pada Gambar 4, dimana F merupakan titik pecah dalam kompresi uniaksial tak tertekan. Garis A menunjukkan material elastik sempurna dimana e=s/E. Garis B menunjukkan material plastik sempurna yang tidak akan terdeformasi sampai tegangan sama dengan s0; material tersebut tidak akan mendukung beban yang yang lebih besar daripada s0. Garis lengkung C menunjukkan suatu material elastoplastik, sementara kurva D menunjukkan material ductile sempurna dimana regangan tidak sebanding terhadap tegangan.

Gambar 4. Diagram tegangan-regangan untuk menentukan perilaku deformasional batuan dari empat material yang ideal (Peters, 1978)
Gambar 4. Diagram tegangan-regangan untuk menentukan perilaku deformasional batuan dari empat material yang ideal (Peters, 1978)
Beberapa karakteristik kuat tekan dan kuat tarik yang telah diukur untuk beberapa jenis batuan yang umum ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kuat tekan uniaksial dan kuat tarik dari beberapa jenis batuan (Peters, 1978)
Jenis batuan
Kuat tekan (kg/m2)
Kuat tarik (kg/m2)
Batuan intrusif
Granit
Diorit
Gabro
Dolerit

1000-2800
1800-3000
1500-3000
2000-3500

40-250
150-300
50-300
150-350
Batuan ekstrusif
Riolit
Dasit
Andesit
Basal
Tufa vulkanik

800-1600
800-1600
400-3200
800-4200
50-600

50-90
30-80
50-110
60-300
5-45
Batuan sedimen
Batupasir
Batugamping
Dolomit
Serpih
Batubara

200-1700
300-2500
800-2500
100-1000
50-500

40-250
50-250
150-250
20-100
20-50
Batuan metamorfik
Kuarsit
Gneis
Marmer
Sabak

1500-3000
500-2500
1000-2500
1000-2000

100-300
40-200
70-200
70-200


Sifat-sifat Data Teknis Tanah dan Air  

Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jika suatu batuan berasal dari material yang tak terkonsolidasi, seharusnya mengikuti aturan mekanika tanah, dimana klasifikasi material ditunjukkan pada Gambar 5.

Pola perilaku tanah dan batuan dipengaruhi oleh kehadiran air dan udara; terutama air. Klasifikasi teknis yang umum untuk tanah berbutir halus melibatkan grafik plastisitas (Gambar 6) dimana batas likuid diplot berlawanan terhadap indeks plastisitas. Garis A pada grafik merupakan suatu batas empiris dengan lempung inorganik di atas dan dengan lanau dan lempung organik di bawah.

Sebagai tambahan peralatan pengujian kompresi triaksial, laboratorium pengujian tanah melibatkan konsolidometer untuk mengukur konsolidasi di bawah pembebanan, dan direct shear box. Uji kompresi tak tertekan dilakukan pada tanah kohesif. Untuk uji insitu di lapangan, vane shear test digunakan; dalam hal ini pipa dengan empat-sayap disisipkan ke dalam tanah dan diputar dengan suatu gaya ukur untuk menentukan kuat pergeseran.

Gambar 5. Klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir (Peters, 1978)

Gambar 6. Grafik plastisitas tanah menunjukkan karakteristik beberapa jenis tanah (Peters, 1978)
Data hidrologi sangat diperlukan untuk pengontrolan aktivitas penambangan di suatu daerah. Aliran air permukaan dapat diperkirakan dan lokasi sumber mata air dapat diplot selama pemetaan geologi. Pengukuran dapat dibuat selama program pemboran eksplorasi. Conto kualitas air dapat diambil dan uji pemompaan sederhana dapat dilakukan sementara data geologi dikumpulkan. Masalah air memiliki dampak sosial maupun politik. Penyaliran suatu tambang dapat menyebabkan sumur seseorang atau suatu sumber aliran menjadi kering. Gambar 8.7 menunjukkan beberapa hal yang berkaitan dengan air tanah. Pada semua jenis batuan terdapat variasi lokal mengenai level air, misalnya disebabkan oleh isolasi dari blok-blok tanah oleh barrier patahan yang terisi dengan suatu material dan dike impermeabel.  

Gambar 7. Istilah-istilah yang berkaitan dengan airtanah (Peters, 1978)


Dua parameter pengukuran yang terpenting dalam hidrologi airtanah adalah koefisien permeabilitas dan koefisien penyimpanan, atau “porositas efektif”. Koefisien permeabilitas (k) merupakan suatu elemen dari Hukum Darcy : V = k.i, dimana V adalah kecepatan aliran laminer (kondisi nonturbulen) dan I adalah gradien hidraulik yang merupakan rasio kehilangan dalam tinggi hidraulik (tekanan) oleh resistansi friksional terhadap satuan jarak dalam arah aliran. Koefisien permeabilitas ditentukan secara eksperimen untuk daerah yang spesifik dengan uji pompa dan di laboratorium dengan uji permeameter.

Koefisien penyimpanan dalam suatu akifer ditunjukkan sebagai fraksi desimal, yang menunjukkan volume air yang dapat diharapkan untuk dikuras dari suatu satuan volume tanah. Parameter tersebut berkaitan dengan pori, rekahan, dan lubang bukaan larutan untuk pengisian oleh airtanah. Koefisien penyimpanan umumnya dihitung dari uji pompa dalam sumur observasi yang digunakan untuk memonitor perbedaan kurva penurunan atau permukaan piezometrik di sekitar sumur atau shaft, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Uji drawdown dengan pemompaan dalam suatu tambang atau sumur (Peters, 1978)


Monday, May 26, 2014
Posted by Unknown

Briket Batubara Sebagai Energi Alternatif Pengganti Minyak Tanah

BRIKET BATUBARA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF
PENGGANTI MINYAK TANAH

Oleh. Edy Jamal Tuheteru *)
    


Bahan bakar minyak dalam beberapa tahun terakhir mengalami krisis, hal ini mengakibatkan subsidi BBM dikurangi, selain itu juga cadangan minyak dalam negeri juga semakin sedikit dan makin menipis, diperkirakan cadangan minyak yang ada kurang lebih 9 miliar barel (Ditjen Migas), dengan produksi minyak 1,07 juta barel/tahun, maka cadangan yang ada hanya mencukupi untuk 10 tahun ke depan, artinya kalau dalam beberapa tahun kedepan tidak ditemukan cadangan baru maka negara kita akan semakin mengalami krisis energi, khususnya minyak bumi.
Minyak tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat. 
     Briket batubara merupakan sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak, briket batubara sebenarnya sudah disosialisasikan oleh pemerintah semenjak tahun 1993, namun dalam perjalannya briket batubara masih mengalami kendala dalam pemakainnya, apalagi kalau digunakan untuk keperluan rumah tangga. Adapun beberapa kendala dari pemanfaatan briket batubara diantaranya sulitnya menyalakan briket batubara dalam waktu cepat, sulit mematikan sewaktu-waktu serta masih ada beberapa kendala yang berhubungan dengan lingkungan. Sehingga masih ada beberapa penelitian yang harus dilakukan guna meningkatkan efesiensi dalam pemanfataan briket batubara.
     Briket batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran tambahan, briket batubara juga merupakan energi alternaif pengganti bahan bakar minyak yang biasanya digunakan untuk keperluan industri dan rumah tangga yakni untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Briket batubara untuk keperluan rumah tangga harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: tidak menghasilkan asap yang banyak, tidak berbau, mudah menyala, tak menghasilkan racun, fisiknya tidak mudah pecah, kandungan abu rendah, memenuhi sfesifikasi emisi gas yang telah ditetapkan pemerintah, dengan memenuhi kriteria tersebut, briket batubara akan sangat efesien dan efektif dalam pemanfaatannya.

Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji
Setelah pemerintah menghentikan sosialisasi penggunaan briket batubara, akhirnya pemerintah memutuskan penggunaan gas elpiji. Bahakan sampai sekarang pun sosialisasi masih sering dilakukan. Tanggapan masyarakat terhadap pengguanan gas elpiji ini bermacam-macam, mulai dari tidak setuju bahakan ada beberapa warga juga setuju. Di beberapa daerah setelah pengumuman pemerintah mengenai kenaiakan harga gas elpiji, kenaikan ini akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat, karena sampai sekarang perekonomian masyarakat belim stabil akibat kenaikan harga BBM. Sehingga ada beberapa warga yang akan kembali menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar. Karena oleh masyarakat dirasakan kenaikan harga gas elpiji sangat memberatkan.
Selain kasus tersebut di atas penggunaan gas elpiji masih harus dievaluasi, hal ini dikarenakan terjadi beberapa kasus terjadinya ledakan gas elpiji diantaranya: ledakan gas di Medan yang mengakibatkan hancurnya tiga buah rumah, kemudian terjadi ledakan gas di sebuah toko roti di Ambon yang menewaskan salah satu penghuni rumahnya (Berita Metro TV), selain dua kasus tersebut masih banyak juga terjadinya ledakan tabung gas elpiji di beberapa tempat. Sehingga perlu ada perhatian khusus dari pemerintah tentang penggunaan gas elpiji sebagai konversi dari minyak tanah.

Briket Batubara
     Briket batubara yang sekarang beredar di masyrakat terdiri dari dua jenis, yakni (i) briket batubara berkarbonisasi dan (ii) briket batubara tidak berkarbonisasi. Briket batubara berkarbonisasi sering juga dikenal dengan briket batubara super, sebelum dicetak menjadi briket sebelumnya dilakukan kegiatan karbonisasi, yakni dilakukan dengan cara pembakaran batubara dengan oksigen terbatas dalam ruang tertutup, untuk mendapatkan semikokas atau kokas dengan kandungan abu (ash content) dan zat terbang (volatile matter) tertentu. Keunggulan dari briket batubara super ini adalah; tidak berbau dan berasap. Briket batubara super ini lebih cocok digunakan  untuk keperluan rumah tangga, namun dipasaran briket batubara super ini harganya lebih mahal dibandingkan dengan batubara non karbonisasi.
     Batubara non karbonisasi atau sering dikenal dengan briket batubara biasa, dalam pemanfaatannya masih memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan briket batubara super yakni masih mengandung banyak zat terbang, sehingga menghasilkan bau dan asap yang masih banyak. Penggunaan briket batubara biasa ini lebih baik digunakan di dalam tungku, dan cocok digunakan untuk industri kecil dan menengah. Dipasaran briket batubara biasa lebih murah dibandingkan dengan briket batubara super.
     Keunggulan briket batubara sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak, diantaranya; harganya lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak khususnya minyak tanah, panas yang dihasilkan lebih  tinggi dan kontinyu sehingga lebih baik untuk pembakaran yang lama, tidak beresiko meledak atau terbakar, tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga, dan yang terakhir adalah cadangan batubara yang masih banyak khusunya untuk batubara low rank.

Cara Menyulut, Perbandingan terhadap Minayak Tanah serta Konsumsi Briket Batubara.
    Penyulutan dalam tungku batubara akan lebih mudah dilakukan dengan mencelupkan beberapa butir briket batubara ke dalam minyak tanah dan itu sebagai penyulut diletakan diatas dari tumpukan briket dalam tungku. Untuk 10 butir briket akan menyerap 0,05 liter minyak tanah, dapat juga dengan meletakan serbuk kayu lalu dibakar. Satu hal yang penting dan harus diperhatikan adalah penyalaan briket batubara selalu dilakukan dari bagian atas yang kemudian bara api akan menuju ke bawah dengan tujuan terjadi pemanasan dan pembakaran awal pada bagian bawahnya sehingga gas-gas yang naik ke atas akan terbakar lebih dahulu. Hal ini dilakukan juga bertujuan untuk mengurangi emis gas yang ditimbulkan dari pembakaran briket batubara yang ada dibagian bawah.
     Telah dilakukan beberapa kajian guna membandingkan briket batubara dengan minyak tanah. Hasil perbandingan penggunaan briket batubara menunjukan pemakaian briket batubara lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah, berikut adalah perbandingannya bila 1 liter minyak tanah harganya sebesar Rp. 3,000.- sedangkan harga briket batubara adalah Rp 1,300.-/kg. Maka untuk perbandingan penggunaan minyak tanah dan briket batubara pada beberap industri adalah sebagai berikut; (i). Industri rumah tangga dengan pemakaian minyak tanah perhari rata-rata adalah 3 liter sehingga harga pembelian minyak tanah adalah Rp. 9,000.-/hari sedangkan penggunaan briket batubara per hari adalah Rp 5,400.-/hari berarati ada penhematan sebesar Rp. 3,600.-/hari, (ii). Warung makan biasanya menggunakan minyak tanah sebsar 10 liter/hari sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 30,000.-/hari sedangkan untuk pemakaian briket hanya dibutuhkan biaya sebesar Rp. 18,000.-/hari, (iii). Industri kecil yang biasanya memerlukan minyak tanah sebesar 25 liter/hari maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 75,000.-/hari sementara penggunaan briket batubara diperlukan biaya sebesar Rp. 45,000.-, sehingga ada penghematan sebesar Rp. 30,000.-/hari. Dengan pengehematan yang dilakukan, biaya yang dihemat dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Berdasarkan hitung-hitungan tersebut maka briket batubara masih lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan bakar minyak khusunya minyak tanah.

Permasalahan dan Antisipasi Penggunaan Briket Batubara
    Tidak hanya briket batubara yang menghasilkan gas pembakaran, setiap zat yang dibakar termasuk bahan bakar minyak akan menghasilkan panas, gas-gas, residu hasil pembakaran yang besarnya tergantung pada jenis zat yang dibakar, teknik pembakaran dan kondisi pembakarannya. Demikian halnya briket batubara bila dibakar akan menghasilkan gas-gas hasil pembakaran yangdapat dikendalikan dan dieleminasi dengan pemilihan bahan baku, teknik pembuatan, desain tungku, teknik pembakaran dan desain dapurnya yang sesuai, sehingga briket batubara aman dipakai.
    Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi emisi gas hasil pembakaran briket batubara, yang pertama adalah pemilihan bahan baku, batubara yang merupakan kurang lebih 90% dari komponen briket batubara harus dipilih dengan kandungan sulfur yang rendah, disamping itu juga tidak mengandung logam-logam yang mudah menguap bila dipanaskan seperti air raksa (Hg), arsen (As), Timbal (Pb) dan sebagainya. Untungnya sebagain besar batubara Indonesia tidak mengandung unsur-unsur tersebut dan belerangnya (S) di bawah 1%.
Kedua, dalam pembuatann briket batubara. Dalam pembuatan briket batubara ditambahkan kapur [Ca(OH)2] sebanyak  ±5% yang nantinya akan menangkap gas SO2 yang dikeluarkan oleh briket yang terbakar menjadi CaSO4 padat yang terkumpul bersama abu briket batubara. Penambahan bubuk Biomas (serbuk kayu, bagas tebu dll) s.d. 20% dalam pembuatan briket batubara akan mengurangi emisi gas. Hal ini disebabkan biomas yang ada dalam briket akan mempercepat pembakaran dan menjadikan briket cepat terbakar sempurna.
Ketiga, desain tungku. Desain tungku yang baik adalah tungku yang efesien dan ramah lingkungan serta harganya dapat dijangkau oleh masyarakat.  Telah dilakukan berbagai kajian tentang desain tungku oleh Puslitbang tekMIRA.
Keempat, teknik pembakaran. Pembakaran briket batubara yang baik adalah dilakukan dari atas selanjutnya akan merambat membakar sendiri lapisan briket batubara yang ada di bawah, jadi pola pembakarnnya adalah “top-down”.
kelima adalah desain dapur. Ruangan dapur juga ikut berpengaruh, ventilasi udara yang baik akan mengurangi dampak dari emisi gas tersebut. Cukup dengan membuka jendela dapur  atau memasang cerobong diatas tungku. Bila ventilasi udara kurang bagus, maka pada saat pembakaran pertama bisa dilakukan di luar atau di ruangan yang terbuka, ketika briket batubara sudah terbakar sempurna barulah dimasukan ke dalam dapur.
   Tentunya masih banyak kekurangan briket batubara, sehingga masyarakat masih ragu untuk menggunakan energi alternatif tersebut. Oleh karena itu diharapkan dari pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk melakukan penelitian lanjutan guna mereduksi kekurangan dari briket batubara ini serta sosialisasi briket batubara ditingkatkan, sehingga masyarakat lebih mengetahui tentang briket batubara tersebut. Artinya dengan penelitian yang berkala dan akhirnya dapat mereduksi kekurangan dari briket batubara maka energi alternatif penganti minyak tanah akan semakin baik, sehingga kedepan tidak ada lagi ketertgantungan terhadap minyak tanah.

*) Penulis adalah Dosen Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Trisakti, Jakarta
Posted by Unknown

Sampling Pemercontohan

Tujuan
Pemercontohan batu bara percontoh dilaksanakan dengan tujuan mengetahui kualitas batu bara dan pola pertumpukan batu bara dengan sisipan (parting) pada lapisan batu bara di zona pembangunan, untuk menjadi bahan pertimbangan kemungkinan pembangunan, penentuan arah pengembangan, jaminan kualitas kepada pengguna, penggarapan pengguna baru dan kondisi sedimentasi.

Tempat penyigian (setiap kali diperlukan)
  1. Pemercontohan pada waktu muncul sesar dan terjadi perubahan ketebalan lapisan batu bara atau kualitas batu bara
  2. Pemercontohan di tempat yang mewakili lapangan baru yang akan dibangun
  3. Pemercontohan untuk pengeboran ekstraksi batu bara
  4. Pemercontohan dengan selang tertentu


Pokok-pokok pemercontohan

  1. Pemilahan rinci pilar batu bara di tempat pemercontohan (warna, kekilapan, kekar batu bara, kekerasan, bubuk-bongkah, kualitas batu bara dan lain-lain)
  2. Pencatatan pilar batu bara (pencatatan ketebalan, klasifikasi kualitas batu bara, nomor percontoh, air pancar, air tetes, pirit, kalsit dan lain-lain
  3. Percontoh diambil untuk setiap pemilahan rinci dengan jumlah yang sama
  4. Percontoh langsung diambil dari tempat yang bahan lapuk dan pengotornya telah disingkirkan
  5. Setiap kali diambil lapisan batu bara yang dipilah rinci, percontoh dimasukkan ke dalam kantong, kemudian nomor kantong percontoh dicocokkan dengan nomor pencatatan pilar batu bara dalam buku catatan
  6. Jangan meloncati suatu angka pada waktu penomoran pilar batu bara dan kantong percontoh
  7. Seluruh pilar batu bara yang telah dipilah rinci harus diambil percontoh. (walaupun misalnya ada kemiripan dengan tempat dengan nomor tertentu, tidak boleh melewatinya)
  8. Bersama pencatatan pilar batu bara, dicatat juga gejala geologi di sekitarnya
  9. Informasi atap dan lantai juga dicatat pada kolom stratigrafi (kelupas, keras, rapuh, larut dalam air dan lain-lain)
  10. Pemercontohan dilaksanakan dari sebelah atas
  11. Pencatatan lokasi pemercontohan (di titik xx pada lokasi yy di lorong zz)
  12. Membuat peta lokasi pemercontohan batu bara (dengan peta seluruh tambang bawah tanah)

 Sumber : Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
Posted by Unknown

Coal Mining and Transportation

COAL MINING
Coal mining process is largely determined by the geological elements of coal sludge . In general , there are two coal mining process , they are :






UNDERGROUND MINE
There are 2 methods of underground mining , the method of room  and pillar mining and longwall mining.

At the mine room and pillar mining, sediment mined coal by cutting a network of space into the coal seam and let the pillars of coal to support the roof of the mine . In this method , coal mining can also be done by the so-called retreat mining ( mining backward ) , where the coal is taken from the pillars when the miners back to the top . The roof of the mine collapsed and then left the mine was abandoned .

Include longwall coal mining in full of a part layer or face, using mechanical shearers . Mining with this method , require geological studies that support and careful planning , prior to start mining . Once the coal is taken out of the area , the roof of the mine and then allowed to collapse .

The main advantage of the mine room and pillar mining than longwall mine is , mine room and pillar mining coal can start producing much faster , using moving equipment supply costs less than $ 5 million ( longwall mining equipment could reach 50 million dollars ) .

SURFACE MINE
Open pit mine also called surface mining, only has economic value if the coal seam is located close to the soil surface . Open pit methods also provide greater benefit than an underground mine , because all layers of coal can be exploited ( 90 % or more of the coal can be taken ) . Large open pit which may include areas for kilometres square and use a lot of great tools, including dragline ( pulley puller ) , which move the rock surface , a power shovel ( hydraulic shovel ) , large trucks hauling rock and coal surface , bucket wheel excavator ( digger scoop car ) , and a conveyor belt .

Rock surface consisting of soil and rock were first separated with explosives . The rocks are then transported to the surface using a pulley puller or by shovel and truck . Once the coal seam is visible, the coal seam is excavated and then solved systematically mined in the form of lines . The coal is then loaded on to large trucks or conveyors for transport to the coal processing plant or directly to where the coal will be used .

COAL TRANSPORTATION
Method of transporting coal from the mine to the point of use , is determined from the distance that must be taken in such transportation. For a short distance , usually coal is transported by conveyor belt or truck . For longer distances in the domestic market , coal is transported by rail or barge . In some cases , the coal is transported by pipeline ( previously mixed with water to form a slurry stone ) .

Ships are generally used for international recognition given in the size range from Handymax ( 40-60,000 DWT ) , Panamax ( about 60 to 80.000 dwt ) to the size of the Capesize vessels ( approximately more than 80,000 DWT ) . Approximately 700 million tons of coal traded internationally in 2003 and approximately 90 % of the amount transported by sea . - Deadweight tons DWT ( Deadweight ) which refers to a deadweight capacity of a ship , including its cargo , fuel tank , clean water , deposits etc.
Posted by Unknown

Bahaya Limbah Cair Batubara, Batubara Bersih dan Pembakaran Batubara

Bahaya Limbah Cair Pertambangan Batubara
Saat ini banyak analis pertambangn yang tidak mamu mengekspose secara detail tentang bahaya air cucuian batubara. Limbah cucian batu bara yang ditampung dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih berbahaya disbanding proses pemurnian pertambangan emas yang mengunakan sianida (CN). Proses pencucian dilakukan untuk menjadi batubara lebih bersih dan murni sehingga memiliki nilai jual tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat dilakukan eksploitasi biasanya batubara bercampur tanah dan batuan.

Agar lbih mudah dan muerah, dibuatlah bak penampung untuk pencucian. Kolam penampung itu berisi air cucian yang bercampur lupur. LSM lingkungan JATAM menyebutnya dana beracun yang berisi miliaran gallon limbah cair batubara. Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam pemrosessan batubara yang logam berat berancun yang terkandung di batubara seperti arsenic, merkuri, kromium, boron, selenium dan nikel.

Dibandingkan tailing dari limbah luput pertambangan emas, unsure berancun dari logam berat yang ada limbah pertambangan batubara jauh lebih berbahaya. Sayangnya sampai sekarang tidak ada publikasi atau informasi dari perusahan pertambangan terhadap bahaya sluge kepada masyarakat di sekitar pertambangan.Unsure beranu menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah digunakan masyarkat secara terus menerus. Gejala penyakit itu biasa akan tampka setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.

Beberapa perusahaan tambang di Kalimantan Timur ditengarai tridak melakukan pengelolaan water treatmen terhadap limbah buangan tambang dan juga tanpa penggunaan bahan penjernih Aluminum Clorida, Tawar dan kapur. Akibatnya limbang buann tambang menyebabkan sungai sarana pembuagan limbah cair berwarna keruh.

Membuat Batubara Bersih
Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batubara, pada beberapa batubara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batubara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sbelum mencapai cerobong asap.

Satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara mudah memecah batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai “pyritic sulfur ” karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai “fool’s gold” dapat dipisahkan dari batubara. Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batubara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air , batubara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan “coal preparation plants” yang membersihkan batubara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batubara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut “organic sulfur,” dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batubara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batubara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.

Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978 — telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batubara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah “flue gas desulfurization units,” tetapi banyak orang menyebutnya “scrubbers” — karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batubara.

Membuang NOx dari batubara
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak didalam batubara.

Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk “acid rain” (hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut “ground level ozone”, tipe lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya udara.

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya, beberapa cara telah ditemukan untuk membakar barubara di pemabakar dimana ada lebih banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut “staged combustion” karena batubara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai “low-NOx burners” dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti “scubbers” yang membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari “low-NOx burners,” namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox.

Pembakaran Batubara dengan O2/CO2
Salah satu metode yang dapat menjadi alternatif ialah pembakaran batubara menggunakan campuran O2/CO2. Keunggulan utama dari metode ini yaitu adanya daur ulang aliran gas keluaran sehingga kandungan CO2 pada aliran tersebut sangat tinggi, mencapai 95%. Dengan kandungan CO2 yang tinggi, proses pemisahan karbondioksida menjadi lebih mudah dan ekonomis dibandingkan pada pembakaran batubara konvensional (menggunakan udara) yang hanya menghasilkan CO2 sekitar 13% pada gas keluaran. Gas keluaran dengan kandungan CO2 sampai 95% bahkan dapat langsung digunakan untuk proses oil enhanced recovery (EOR). Pembakaran batubara menggunakan campuran O2/CO2 ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Batubara (fuel) dibakar dalam sebuah combustion chamber dengan menggunakan campuran gas oksigen dan karbondioksida. Oksigen didapatkan dari proses pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara dalam sebuah Air Separation Unit. Karbondioksida sendiri merupakan gas hasil pembakaran batubara yang kembali dialirkan ke dalam combustion chamber. Aliran recycle karbondioksida ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas karbondioksida yang sangat signifikan di aliran keluaran sehingga memudahkan proses pemisahan karbondioksida itu sendiri. Pemisahan karbondioksida dapat diselenggarakan menggunakan metode konvensional seperti menggunakan CO2 absorber maupun metoda terkini seperti pemisahan dengan membran. Tingginya konsentrasi CO2 di aliran umpan absorber atau membran akan memudahkan proses pemisahan sehingga spesifikasi alat pemisah tidak terlalu memakan biaya besar.

Selain kandungan CO2 gas keluaran yang tinggi, metode ini juga mempunyai efisiensi pembakaran karbon yang tinggi. Hasil penelitian Liu (2005) menunjukkan bahwa pembakaran batubara menggunakan media O2/CO2 menghasilkan efisiensi pembakaran karbon yang lebih tinggi dibandingkan pembakaran batubara konvensional. Hal itu dibuktikan dari kandungan karbon baik pada fly ash maupun bottom ash yang jauh lebih sedikit.
Posted by Unknown

Popular Post

Labels

Powered by Blogger.

- Copyright © MMW -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -