- Back to Home »
- Briket Batubara Sebagai Energi Alternatif Pengganti Minyak Tanah
Posted by : Unknown
Monday, May 26, 2014
BRIKET BATUBARA SEBAGAI
ENERGI ALTERNATIF
PENGGANTI MINYAK TANAH
Oleh. Edy Jamal Tuheteru *)
Bahan bakar
minyak dalam beberapa tahun terakhir mengalami krisis, hal ini mengakibatkan
subsidi BBM dikurangi, selain itu juga cadangan minyak dalam negeri juga
semakin sedikit dan makin menipis, diperkirakan cadangan minyak yang ada kurang
lebih 9 miliar barel (Ditjen Migas), dengan produksi minyak 1,07 juta
barel/tahun, maka cadangan yang ada hanya mencukupi untuk 10 tahun ke depan,
artinya kalau dalam beberapa tahun kedepan tidak ditemukan cadangan baru maka negara
kita akan semakin mengalami krisis energi, khususnya minyak bumi.
Minyak tanah di Indonesia yang selama ini di
subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya
meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih
kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka
pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan
menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam
hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah
didapat.
Briket
batubara merupakan sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak,
briket batubara sebenarnya sudah disosialisasikan oleh pemerintah semenjak
tahun 1993, namun dalam perjalannya briket batubara masih mengalami kendala
dalam pemakainnya, apalagi kalau digunakan untuk keperluan rumah tangga. Adapun
beberapa kendala dari pemanfaatan briket batubara diantaranya sulitnya
menyalakan briket batubara dalam waktu cepat, sulit mematikan sewaktu-waktu
serta masih ada beberapa kendala yang berhubungan dengan lingkungan. Sehingga
masih ada beberapa penelitian yang harus dilakukan guna meningkatkan efesiensi
dalam pemanfataan briket batubara.
Briket
batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit
campuran tambahan, briket batubara juga merupakan energi alternaif pengganti
bahan bakar minyak yang biasanya digunakan untuk keperluan industri dan rumah
tangga yakni untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Briket
batubara untuk keperluan rumah tangga harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya:
tidak menghasilkan asap yang banyak, tidak berbau, mudah menyala, tak
menghasilkan racun, fisiknya tidak mudah pecah, kandungan abu rendah, memenuhi
sfesifikasi emisi gas yang telah ditetapkan pemerintah, dengan memenuhi kriteria
tersebut, briket batubara akan sangat efesien dan efektif dalam pemanfaatannya.
Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji
Setelah pemerintah menghentikan sosialisasi penggunaan briket batubara,
akhirnya pemerintah memutuskan penggunaan gas elpiji. Bahakan sampai sekarang
pun sosialisasi masih sering dilakukan. Tanggapan masyarakat terhadap
pengguanan gas elpiji ini bermacam-macam, mulai dari tidak setuju bahakan ada
beberapa warga juga setuju. Di beberapa daerah setelah pengumuman pemerintah
mengenai kenaiakan harga gas elpiji, kenaikan ini akan sangat berpengaruh
terhadap perekonomian masyarakat, karena sampai sekarang perekonomian
masyarakat belim stabil akibat kenaikan harga BBM. Sehingga ada beberapa warga
yang akan kembali menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar. Karena oleh
masyarakat dirasakan kenaikan harga gas elpiji sangat memberatkan.
Selain kasus tersebut di atas penggunaan gas elpiji masih harus dievaluasi,
hal ini dikarenakan terjadi beberapa kasus terjadinya ledakan gas elpiji diantaranya:
ledakan gas di Medan yang mengakibatkan hancurnya tiga buah rumah, kemudian
terjadi ledakan gas di sebuah toko roti di Ambon yang menewaskan salah satu
penghuni rumahnya (Berita Metro TV), selain dua kasus tersebut masih banyak
juga terjadinya ledakan tabung gas elpiji di beberapa tempat. Sehingga perlu
ada perhatian khusus dari pemerintah tentang penggunaan gas elpiji sebagai
konversi dari minyak tanah.
Briket
Batubara
Briket
batubara yang sekarang beredar di masyrakat terdiri dari dua jenis, yakni (i)
briket batubara berkarbonisasi dan (ii) briket batubara tidak berkarbonisasi.
Briket batubara berkarbonisasi sering
juga dikenal dengan briket batubara super, sebelum dicetak menjadi briket
sebelumnya dilakukan kegiatan karbonisasi, yakni dilakukan dengan cara
pembakaran batubara dengan oksigen terbatas dalam ruang tertutup, untuk mendapatkan
semikokas atau kokas dengan kandungan abu (ash
content) dan zat terbang (volatile
matter) tertentu. Keunggulan dari briket batubara super ini adalah; tidak
berbau dan berasap. Briket batubara super ini lebih cocok digunakan untuk keperluan rumah tangga, namun dipasaran
briket batubara super ini harganya lebih mahal dibandingkan dengan batubara non
karbonisasi.
Batubara
non karbonisasi atau sering dikenal
dengan briket batubara biasa, dalam pemanfaatannya masih memiliki beberapa
kelemahan dibandingkan dengan briket batubara super yakni masih mengandung
banyak zat terbang, sehingga menghasilkan bau dan asap yang masih banyak.
Penggunaan briket batubara biasa ini lebih baik digunakan di dalam tungku, dan
cocok digunakan untuk industri kecil dan menengah. Dipasaran briket batubara
biasa lebih murah dibandingkan dengan briket batubara super.
Keunggulan
briket batubara sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak,
diantaranya; harganya lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak khususnya
minyak tanah, panas yang dihasilkan lebih
tinggi dan kontinyu sehingga lebih baik untuk pembakaran yang lama,
tidak beresiko meledak atau terbakar, tidak mengeluarkan suara bising serta
tidak berjelaga, dan yang terakhir adalah cadangan batubara yang masih banyak
khusunya untuk batubara low rank.
Cara
Menyulut, Perbandingan terhadap Minayak Tanah serta Konsumsi Briket Batubara.
Penyulutan
dalam tungku batubara akan lebih mudah dilakukan dengan mencelupkan beberapa
butir briket batubara ke dalam minyak tanah dan itu sebagai penyulut diletakan
diatas dari tumpukan briket dalam tungku. Untuk 10 butir briket akan menyerap
0,05 liter minyak tanah, dapat juga dengan meletakan serbuk kayu lalu dibakar.
Satu hal yang penting dan harus diperhatikan adalah penyalaan briket batubara
selalu dilakukan dari bagian atas yang kemudian bara api akan menuju ke bawah
dengan tujuan terjadi pemanasan dan pembakaran awal pada bagian bawahnya
sehingga gas-gas yang naik ke atas akan terbakar lebih dahulu. Hal ini dilakukan
juga bertujuan untuk mengurangi emis gas yang ditimbulkan dari pembakaran
briket batubara yang ada dibagian bawah.
Telah
dilakukan beberapa kajian guna membandingkan briket batubara dengan minyak
tanah. Hasil perbandingan penggunaan briket batubara menunjukan pemakaian
briket batubara lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah, berikut adalah
perbandingannya bila 1 liter minyak tanah harganya sebesar Rp. 3,000.-
sedangkan harga briket batubara adalah Rp 1,300.-/kg. Maka untuk perbandingan
penggunaan minyak tanah dan briket batubara pada beberap industri adalah
sebagai berikut; (i). Industri rumah tangga dengan pemakaian minyak tanah
perhari rata-rata adalah 3 liter sehingga harga pembelian minyak tanah adalah
Rp. 9,000.-/hari sedangkan penggunaan briket batubara per hari adalah Rp
5,400.-/hari berarati ada penhematan sebesar Rp. 3,600.-/hari, (ii). Warung
makan biasanya menggunakan minyak tanah sebsar 10 liter/hari sehingga biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp. 30,000.-/hari sedangkan untuk pemakaian briket
hanya dibutuhkan biaya sebesar Rp. 18,000.-/hari, (iii). Industri kecil yang
biasanya memerlukan minyak tanah sebesar 25 liter/hari maka biaya yang harus
dikeluarkan sebesar Rp. 75,000.-/hari sementara penggunaan briket batubara
diperlukan biaya sebesar Rp. 45,000.-, sehingga ada penghematan sebesar Rp.
30,000.-/hari. Dengan pengehematan yang dilakukan, biaya yang dihemat dapat
digunakan untuk keperluan yang lain. Berdasarkan hitung-hitungan tersebut maka
briket batubara masih lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan bakar minyak
khusunya minyak tanah.
Permasalahan
dan Antisipasi Penggunaan Briket Batubara
Tidak
hanya briket batubara yang menghasilkan gas pembakaran, setiap zat yang dibakar
termasuk bahan bakar minyak akan menghasilkan panas, gas-gas, residu hasil
pembakaran yang besarnya tergantung pada jenis zat yang dibakar, teknik
pembakaran dan kondisi pembakarannya. Demikian halnya briket batubara bila
dibakar akan menghasilkan gas-gas hasil pembakaran yangdapat dikendalikan dan
dieleminasi dengan pemilihan bahan baku ,
teknik pembuatan, desain tungku, teknik pembakaran dan desain dapurnya yang
sesuai, sehingga briket batubara aman dipakai.
Upaya-upaya
yang harus dilakukan untuk mengurangi emisi gas hasil pembakaran briket
batubara, yang pertama adalah
pemilihan bahan baku, batubara yang merupakan kurang lebih 90% dari komponen
briket batubara harus dipilih dengan kandungan sulfur yang rendah, disamping
itu juga tidak mengandung logam-logam yang mudah menguap bila dipanaskan
seperti air raksa (Hg), arsen (As), Timbal (Pb) dan sebagainya. Untungnya
sebagain besar batubara Indonesia
tidak mengandung unsur-unsur tersebut dan belerangnya (S) di bawah 1%.
Kedua, dalam pembuatann briket batubara. Dalam pembuatan briket batubara
ditambahkan kapur [Ca(OH)2] sebanyak ±5%
yang nantinya akan menangkap gas SO2 yang dikeluarkan oleh briket yang terbakar
menjadi CaSO4 padat yang terkumpul bersama abu briket batubara. Penambahan
bubuk Biomas (serbuk kayu, bagas tebu dll) s.d. 20% dalam pembuatan briket
batubara akan mengurangi emisi gas. Hal ini disebabkan biomas yang ada dalam briket
akan mempercepat pembakaran dan menjadikan briket cepat terbakar sempurna.
Ketiga, desain tungku. Desain
tungku yang baik adalah tungku yang efesien dan ramah lingkungan serta harganya
dapat dijangkau oleh masyarakat. Telah
dilakukan berbagai kajian tentang desain tungku oleh Puslitbang tekMIRA.
Keempat, teknik pembakaran.
Pembakaran briket batubara yang baik adalah dilakukan dari atas selanjutnya
akan merambat membakar sendiri lapisan briket batubara yang ada di bawah, jadi
pola pembakarnnya adalah “top-down”.
kelima adalah desain dapur. Ruangan
dapur juga ikut berpengaruh, ventilasi udara yang baik akan mengurangi dampak
dari emisi gas tersebut. Cukup dengan membuka jendela dapur atau memasang cerobong diatas tungku. Bila
ventilasi udara kurang bagus, maka pada saat pembakaran pertama bisa dilakukan
di luar atau di ruangan yang terbuka, ketika briket batubara sudah terbakar
sempurna barulah dimasukan ke dalam dapur.
Tentunya masih banyak kekurangan briket
batubara, sehingga masyarakat masih ragu untuk menggunakan energi alternatif
tersebut. Oleh karena itu diharapkan dari pemerintah dan lembaga-lembaga
terkait untuk melakukan penelitian lanjutan guna mereduksi kekurangan dari
briket batubara ini serta sosialisasi briket batubara ditingkatkan, sehingga
masyarakat lebih mengetahui tentang briket batubara tersebut. Artinya dengan
penelitian yang berkala dan akhirnya dapat mereduksi kekurangan dari briket
batubara maka energi alternatif penganti minyak tanah akan semakin baik,
sehingga kedepan tidak ada lagi ketertgantungan terhadap minyak tanah.
*)
Penulis adalah Dosen Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Trisakti, Jakarta